24 Desember 2009

My Novel (part 2)

Diposting oleh Riszky di Kamis, Desember 24, 2009
yah...aku kalo nggak salah nulis 3..(dan semua tak berjudul...)
nih aku copy satu....(berhubung karena emang baru satu bab yang jadi...wakakakaka)





Malam tanpa bulan
Riuh rendah suara tawa yg menggema hingga jalan itu,semakin tak tahu diri,membuat bu nyai harus melempar sebuah guling untuk pertanda.membuat mereka berdua yg bertengkar itu diam dan segera mengambil galon air kosong untuk mengisinya.
“Rasakan!! Dasar tukang cari masalah!!”,cibirku dari depan pintu kamar putri.
Mereka hanya diam tak menggubris aku,hanya dengan menstater motor mereka pergi,meninggalkan pesantren untuk mengisi air,pertanda bahaya telah lewat,teroris telah minggat,tenanglah sudah,kedua orang itu selalu membuat ulah. Siapa lagi kalau bukan mereka,rudi dan rifa’i.apapun macam bentuk hukuman bukan suatu yg mempunyai efek buat mereka.untuk sadar dari tingkah mereka.
Orang memang punya karakter yg berbeda – beda,aku tahu itu,aku pun tak bisa bilang kalau aku sudah baik,tidak.termasuk bila memang aku juga kadang seperti itu.
“Allahu akbar!Allahu akbar”
Azan yg terdengar membuyarkan segala pikiranku,
“Ayo,ayo,ka!!Faliq sudah azan Ashar!”
Cepat cepat aku menuju kamar mandi,
“Aku dulu ya??” potong mbak sari.
“nggak!!” aku menjawabnya dengan ketus.huh!seenaknya aja nyerobot.
Mbak sari hanya diam,aku tahu dalam hatinya dia merutuk,tapi aku juga diam saja,sudah aku sebutkan kan?orang punya sifat yg berbeda – beda.apalagi dalam satu wadah bernama pesantren,berisi anak anak bermacam – macam,ya,ini adalah sebuah pesantren kecil,memang kecil,tapi bukan berarti kami tak bisa apa – apa,
“Allahu Akbar!Allahu Akbar!!Asyhadu an la ilaaha illallah!Asyhadu Anna Muhammadan Rasulullah”
Iqomat itu membuyarkan aku yg sedang berwudhu cepat cepat aku berwudhu dan memakai mukena
“Ayo,ayo!!”
Saat aku sampai di musholla pak rif’an sedang mengatur barisan shaf.aku dan riska segera membuat shaf baru.dan pak rif’an pun memulai takbiratul ihram.
“allahu akbar”
“bismillahirrahmaanirrahiim”
“alhamdulillahi robbil ‘aalamiin”
“arrahmaanirrahiim”
“maaliki yaumiddiin”
“iyyaakana’budu wa iyyakanasta’iin”
“ihdinasshiraatal mustaqiim”
“shiraatalladziina an’amta ‘alaihim ghairil maghdhuubi ‘alaihim waladdhaaaalliin”
“Amiin”
“haafidhuu ‘alassholawaati wa shalaatil wustha….”
Bacaku dalam hati.Dan shalat berlangsung khusyu’,dengan lantunan kalam kalam suci ilahi.
Mungkin bukan hanya kami yg berada disini,mengagungkan-Mu,mungkin ada pula yg ikut serta dalam barisan shaf ini,yg tentu saja tak terlihat mata.
“Assalamu’alaikum warahmatullah”
Pak Rif’an mengucapkan salam tanda shalat telah berakhir.
Dan zikir panjang mengagungkanmu..
Terlantun dari  mulut mulut kami.
Zikir berhenti,semua keluar satu persatu dan bersiap siap mandi
“aku sek ka,yo?aku nomer siji!”1
“moh,moh!aku sek!”2
Dan suasana itu merupakan salah satu pengisi hatiku.
Kita disini senasib sepenanggungan. Kita adalah sama.
Penuh riuh tawa,penuh canda,kebahagiaan.
Juga nasihat nasihat,yg entah didengarkan atau tidak. Yg jelas,saling mengingatkan.
“gage!kungkum yo?”3
Aku meneriaki riska yg mandi lama itu. Sudah sepuluh menit dia disana.
Dan sore itu adalah sore yg penuh rasa hangat. Menunggu surya itu turun dari tempatnya. Memunculkan penggantinya, bulan.




“Lihat purnama itu”
Kataku sambil menatap rembulan itu.
Mungkin memang redup,tapi lebih baik begitu.
Redup bukan berarti lemah,karena hanya dengan redup,bulan telah jelas terlihat.
Bahkan bila bulan terlalu terang,takkan ada malam. Yg dingin,yg sejuk,yg damai.
Karena bila tak redup,sama saja dengan siang bukan?? Lantas apa artinya malam?
Terkadang kita hanya berpikir sesuatu itu tak berguna,mengganggu,tidak penting.
Padahal yg salah bukan sesuatu itu,tapi pemikiran kita sendiri.
Kita hanya berpikir dengan satu jalan pikiran,yg bila mengatakan tidak ada gunanya berarti ya memang tak ada!
Dan kita salah! Segala sesuatu ada gunanya,kita saja yg salah menganggap atau cuma belum tahu apa manfaatnya. Ya kan?
“aku tahu” sahut rizka
“apa jadinya malam tanpa bulan?” tanyanya lagi
Aku hanya diam. Tentu saja sepi!
Ah,tapi apa iya?bukannya manusia telah punya banyak lampu?
“tentu saja kau sudah tahu,kenapa harus tanya?”
Dia hanya diam,memandang ke atas dengan sorot kagum.
“Bukan begitu,aku yakin kau bisa jawab,Mbak”
“Kau mau tahu?”
Dia berbalik memandangku,dan mengangguk.
“Aku akan mendengarkan,katakan”
“Malam tanpa bulan? Sama saja seperti siang tanpa matahari kan?”
Aku berhenti bicara sejenak,ikut mendongak ke atas.
“Semua ada pasangannya. Ada aturannya. Matahari untuk siang,bulan untuk malam.” jawabku
“Takkan ada yg bisa menggantikan ciptaan Allah,apapun itu.” lanjutku
“Aku tahu,bukan lampu – lampu itu” sahut Rizka
“Mereka takkan bisa mengganti bulan,berapapun harganya. Jauh lebih baik bila tak ada lampu. Itu sudah cukup. Hanya dengan bulan.”
“Kau tahu bahasa Perancis untuk Bulan?” Tanya Rizka
“Kau mau tahu?” godaku
“Aku serius. Ayolah….”
“Entahlah,mungkin Lune”
“Lune?”
“Ya,Lune”
Dan cahaya bulan berpendar. Agaknya dia senang.
Kau mau tahu kenapa dia senang??




Malam melarut.
Kau tahu apa yg mendasari pertanyaan Rizka? Dia bertanya begitu karena memang,malam itu bulan tak tampak.  Entah tertutup awan entah karena apa.
Tapi meski begitu,sang langit tetap anggun,dengan awan – awan putih tipis yg menaunginya. Entah kenapa malam ini pun bintang tak tampak. Ada apa agaknya?


Malam ini angin berhembus pelan. Membisikiku sesuatu. Aku hanya tersenyum. Mendengarkan angin tak sejemu itu. Sungguh. Ini menyenangkan.  Ya,itu tergantung,tapi aku adalah salah seorang yg suka mendengar suara alam,atau apapun itu,yg penting bukan suara manusia.
“Ayo tidur” kata Rizka mengagetkanku
“Zetty sudah menata kasurnya” lanjutnya lagi
Aku hanya mengikuti dia dari belakang. Dan mematikan lampu lantas mengunci pintu.
Dan tidur.






catatan:
1. "aku dulu ya,ka?aku nomor satu!"
2. "tidak,tidak,aku dulu!"
3. "cepatlah! berendam ya?"

0 komentar on "My Novel (part 2)"

Posting Komentar

 

♥Aloha♥ Copyright © 2009 Paper Girl is Designed by Ipietoon Sponsored by Online Business Journal